Saturday, January 24, 2009

Jangan Nonton Sinetron Indonesia

Sinetron Indonesia kini telah mencapai titik dimana sama sekali tak menampilkan mutu dan efek positif pada penayangannya. Apalagi kini sedang musim sinetron stripping atau sinetron kejar tayang yang penayangannya periodical daily bukan weekly seperti sinetron pada jaman dahulu. Hal ini memang dilakukan oleh pihak stasiun televisi juga oleh Production House guna memikat hati pemirsa agar tidak mudah lupa dengan alur cerita sebab saat ini terdapat banyak sekali sinetron dan tayangan drama lain yang tentu saja jika ditayangkan secara mingguan akan memakan memori pemirsa yang berakibat hilangnya selera atau histeria pemirsa terhadap alur cerita yang sebenarnya sama sekali tak bermutu tersebut.

Meski ada sinetron yang meng-klaim memiliki pemirsa sekaliber mantan Presiden Habibie, namun bukan berarti sinetron tersebut merupakan sinetron yang berkelas dengan alur cerita yang mendalam dan mendidik apalagi menghibur. Sinetron tersebut juga tak ubahnya sinetron-sinetron lain yang hanya mengumbar sketsa perkotaan yang banyak menawarkan mimpi belaka.

Sebenarnya bukan hanya alur ceritanya saja yang tidak bermutu, namun dalam hal produksinya juga banyak sinetron yang menggunakan trik yang mereka pikir pemirsa tak akan tahu bahwa pemirsa sedang di tipu oleh adegan tersebut. Lihat saja ketika adegan seorang pemeran sedang mengemudi mobil. Akting yang sebenarnya hanyalah pemeran sedang berada di dalam mobil yang di goyang-goyang demi efek mobil berjalan. Dan jika setting adalah malam hari, maka ditambahkan efek cahaya seakan-akan mobil sedang dalam perjalanan dan penumpangnya diterpa cahaya berkilatan oleh lampu dipinggir jalan. Mungkin mereka (Rumah Produksi) pikir pemirsa akan terbawa dengan mudah ke dalam alur cerita yang diinginkan oleh set, padahal tak semudah itu menciptakan tayangan bermutu dengan sebuah trik.

Ya. Inilah persaingan usaha. Dan inilah Dunia Entertainment. Histeria dan Euforia merupakan makanan pokok pekerja bidang ini. Dimana ada histeria disanalah mereka bekerja mengeruk uang.

Tapi sebenarnya hal ini juga seharusnya diimbangi oleh kedewasaan dalam bekerja oleh pihak yang terkait, tak ketinggalan Pemerintah sebagai Regulator dalam hal perizinan dan perundangan yang seharusnya mampu memberikan masukan dan pengawasan dengan memikirkan efek negatif dari tayangan-tayangan yang tak bermutu tersebut.

Akan saya tulis artikel lain berhubungan dengan hal ini. Terimakasih Semoga Bermanfaat.


1 comments:

Bangsari said...

saya belum pernah punya tipi sampai sekarang. daripada misuh-misuh nonton tipi yang isinya cuma itu itu melulu...

image

Brand Development

Saya adalah blogger, penulis, citizen journalist sekaligus praktisi marketing. Konsultan pengembangan merek, penyusunan sistem franchise. Trainer marketing, sales dan online advertising

image

Web Development

Anda butuh website atau blog pribadi? Untuk pengembangan usaha, LSM, organisasi, sekolah, toko online atau perusahaan Anda? Silahkan hubungi saya 0812-2222-0750 atau kirim email ke mr.antowiyono@gmail.com