Monday, February 25, 2013

Aher Melupakan Warga PKS


Pemilihan Gubernur Jawa Barat baru saja usai. Sejumlah lembaga survey tampak telah menyodorkan hasil perhitungan cepat-nya masing-masing. Hasilnya, Ahmad Heryawan mengungguli pasangan lain. Membuntut ketat di belakanganya adalah pasangan Rieke Diah Pitaloka dan Teten Masduki yang diusung PDI Perjuangan. Quick count Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Ahmad Heryawan unggul dengan 33,14 persen dengan margin of eror +-1. Ini memang bukan hitungan resmi. Sebab hitungan resmi itu dilakukan KPUD Jawa Barat.

Baik calon yang mendapatkan suara unggul maupun yang bersuara rendah, masing-masing memberikan keterangannya kepada sejumlah media. Pada intinya adalah ucapan terimakasih telah menggunakan hak pilihnya.

Namun ada yang mengganjal pikiran saya ketika membaca hasil wawancara VIVAnews dengan Ahmad Heryawan (Aher), sesaat setelah menyaksikan hasil hitung cepat bersama para pendukungnya di Hotel Papandayan, Bandung, Minggu 24 Februari 2013. Dia menyebut, kemenangan ini bukanlah karena dia adalah kader Partai Keadilan Sejahtera. Aher menegaskan bahwa pemilihan kepala daerah tidak terkait dengan kader partai dan kepartaian.

“Mereka memilih saya sebagai gubernur, bukan melihat saya sebagai kader partai. Masyarakat memahami permasalahan internal partai tidak berhubungan dengan saya sebagai calon gubernur. Antara figur gubernur dengan partai itu terpisah. Permasalahan internal partai hanya berpengaruh sedikit dalam pencalonan saya,” tandasnya kepada VIVAnews.

Bagi saya ini adalah sebuah pernyataan yang menjauhkan diri Aher dengan rasa terimakaksih kepada para pemilih terutama warga Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Meski saya bukanlah anggota PKS, namun hal ini menunjukkan sedikit “kesombongan” Aher terhadap warga PKS. Seharusnya Aher juga memberikan ucapan terimakasih kepada warga PKS yang tetap mendukung dia maju sebagi gubernur Jawa Barat.

Apapun lah. Termasuk popularitas Dedy Mizwar juga menjadi catatan penting di tengah isu adanya dugaan korupsi yang dilakukan oleh Aher di Bank Jabar Banten.
Wallahu a’lam

Saturday, February 23, 2013

Pidato Lengkap Pengunduran Diri Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum Partai Demokrat



Anas Urbaningrum resmi menyatakan mundur dari jabatan Ketua Umum Partai Demokrat setelah ditetapkan sebagai tersangka korupsi. Pengunduran diri Anas dilakukan di depan wartawan di kantor DPP Partai Demokrat, Sabtu 23 Februari 2013. Berikut ini isi pidatonya:

Pertama saya sampaikan terimakasih dan selamat datang khususnya rekan-rekan wartawan di kantor DPP Partai Demokrat. Hari ini saya akan menyampaikan sikap, pikran dan pandangan menyangkut stautus saya dan apa-apa yang akan saya lakukan ke depan. 
 
Seperti diketahui bersama kemarin, tanggal 22 Februari 2013 KPK sudah mengumumkan bahwa saya dinyatakan berstatus tersangka. Atas pengumuman KPK itu, saya menyatakan bahwa saya akan mengikuti proses hukum sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku, karena saya masih percaya bahwa lewat proses hukum yang adil, obyektif dan transparan kebenaran dan keadilan bisa saya dapatkan. 

Saya garis bawahi, saya masih percaya lewat proses hukum yang adil, obyektif dan transparan berdasarkan kriteria-kriteria dan tata laksana yang memenuhi standar saya yakin kebenaran dan keadilan masih bisa ditegakkan. Karena saya percaya, negeri kita ini berdasarkan hukum dan keadilan bukan berdasarkan prinsip kekuasaan. 

Yang kedua, saudara-saudara sekalian. Lewat proses hukum yang obyektif dan transparan itu saya akan melakukan pembelaan hukum sebaik-sebaiknya. Dan lewat proses pembelaan hukum sebaik-sebaiknya itu berdasarkan bukti-bukti dan saksi-saksi yang kredible saya menyakini betul sepenuh-penuhnya bahwa saya tidak terlibat di dalam proses pelanggaran hukum yang disebut sebagai proyek Hambalang itu. 

Ini saya tegaskan, karena sejak awal saya punya keyakinan yang penuh tentang tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar itu. Saya menyakini bahwa kebenaran dan keadilan pangkatnya lebih tinggi dari fitnah dan rekayasa. Kebenaran dan keadilan akan muncul dan mengalahkan fitnah serta rekayasa sekuat apapun rekayasa itu dibangun. Sehebat apapun itu dibangun. Serapih apapun itu dijalankan. Itu keyakinan saya. 

Saudara-saudara sekalian, saya ingin sampaikan sejak awal saya menyakini bahwa saya tidak akan punya status hukum di KPK. Mengapa? Karena saya yakin KPK bekerja independen, mandiri, dan profesional. Karena saya yakin KPK tidak bisa ditekan oleh opini dan oleh hal-hal lain di luar opini, termasuk tekanan dari kekuatan-kekuatan sebesar apapun itu. 

Saya baru mulai berpikir saya akan punya status hukum di KPK ketika ada semacam desakan agar KPK segera memperjelas status hukum saya. Kalau benar katakan benar kalau salah katakan salah. Ketika ada desakan seperti itu, saya baru mulai berpikir jangan-jangan saya menjadi yakin saya akan menjadi tersangka di KPK setelah saya dipersilahkan untuk lebih fokus berkonsentrasi menghadapi masalah hukum di KPK. 

Ketika saya dipersilahkan untuk lebih fokus menghadapi masalah hukum di KPK berarti saya sudah divonis punya status hukum. Status hukum yang dimaksud tentu adalah tersangka. Apalagi saya tahu beberapa petinggi Partai Demokrat yakin betul, haqqul yakin pasti minggu ini Anas menjadi tersangka. 

Rangkaian ini pasti tidak bisa dipisahkan dengan bocornya apa yang disebut sebagai Sprindik. Ini satu rangkaian peristiwa yang pasti tidak bisa dipisahkan. Itu satu rangkaian peristiwa yang utuh sama sekali utuh, sama sekali terkait dengan sangat erat. Itulah faktanya, itulah rangkaian kejadiannya dan tidak butuh pencermatan yang telalu canggih untuk mengetahui rangkaian itu. Bahkan masyarakat umum pun dengan mudah dan mencermati itu. 

Saudara-saudara sekalian, kalau mau ditarik agak jauh ke belakang, sesungguhnya ini pasti terkait dengan kongres Partai Demokrat. Saya tidak ingin cerita panjang, pada waktunya saya akan cerita lebih panjang. Tetapi inti dari kongres itu, ibarat bayi yang lahir, Anas adalah bayi yang lahir tidak diharapkan. Tentu rangkaiannya menjadi panjang. Dan rangkaian itu saya rasakan saya alami dan menjadi rangkaian peristiwa politik dan peristiwa organisasi di Partai Demokrat. Pada titik ini, saya belum akan menyampaikan secara rinci. Tetapi pada konteks yang jelas menyangkut rangkaian peristiwa-peristiwa politik itu. 

Saudara-saudara sekalian, ketika saya memutuskan terjun ke dunia politik dan saya masuk menjadi kader Partai Demokrat saya sadar betul bahwa politik kadang-kadang keras dan kasar. Dalam dunia politik tidak sulit untuk menemukan intrik, fitnah dan serangan-serangan. Itu saya sadari sejak awal dan karena itu saya tahu persis konsekuensi-konsekuensinya, ketika saya tahu persis konsekuensi-konsekuensinya maka saya sampaikan saya tidak akan pernah mengeluh dengan keadaan ini, saya tidak akan pernah mengeluh tentang perkembangan situasi ini dan saya punya keyakinan kuat dan semangat untuk terus menghadapinya termasuk dengan resiko dan konsekuensi. Sekali lagi itu hal yang lazim saja. Saya anggap sebagai sebuah kelaziman, tidak ganjil, tidak aneh apalagi di dalam sistem politik demokrasi kita yang masih muda, termasuk di Partai Demokrat yang juga tradisinya masih muda. 

Saudara-saudara sekalian, karena saya sudah punya status hukum tersangka, meskipun saya yakin bahwa posisi tersangka saya itu lebih karena faktor-faktor non hukum yang saya yakini, tetapi saya punya standar ethik pribadi. Standar ethik pribadi saya adalah mengatakan, kalau saya punya status hukum sebagai tersangka maka saya akan berhenti sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. Ini bukan soal jabatan dan posisi, ini soal standar ethik. Standar ethik pribadi saya itu alhamdulillah kemudian cocok dengan Pakta Integritas yang diterapkan di Partai Demokrat. Saya sendiri, di tempat ini beberapa hari yang lalu, seminggu yang lalu kurang lebih sudah menandatangani Pakta Integritas. Dengan atau tanpa Pakta Integritas pun, standar ethik pribadi saya mengatakan hal seperti itu. Saya berhenti sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. 

Terkait dengan itu, saya ingin menyampaikan terimakasih, terimakasih yang tulus kepada kader-kader Partai Demokrat yang telah memberikan kepercayaan, amanah dan mandat politik kepada saya untuk memimpin Partai Demokrat sebagai Ketua Umum periode 2010-2015. Saya mohon maaf, kalau saya berhenti di awal 2013 ini. Saya tidak merencanakan untuk berhenti tahun 2013. Sejauh perjalanan yang saya tempuh saya jalankan, saya tunaikan sebagai ketua umum sepenuhnya saya bersungguh-sungguh menjalankan mandat dan amanat politik itu.
Tentu ada ada kelebihan dan kekurangannya. Tentu ada capaian prestasi dan masih ada bolong-bolongnya, ada lubang-lubangnya. Tetapi saya ingin menegaskan semua itu saya jalani dengan sungguh-sungguh, serius penuh konsentrasi, karena itu bagian panggilan jiwa politik saya dan alhamdulillah saya bersyukur di dalam proses menunaikan tugas kurang lebih hampir tiga tahun ini, dua setengah tahun lebih semuanya saya jalankan, sekali lagi dengan penuh kesungguhan dan konsentrasi. 

Terimakasih kepada kader-kader Partai Demokrat yang selama ini sama-sama menunaikan menjalankan tugas sesuai dengan kewenangan, otoritas dan tugas masing-masing. Pengurus Dewan Pusat, terimakasih, pengurus DPD terimakasih, pengurus DPC terimakasih, kader-kader di seluruh Indonesia terimakasih, Majelis Tinggi saya sampaikan terimakasih, Dewan Pembina saya sampaikan terimakasih, Dewan Kehormatan saya sampaikan terimakasih, Komisi Pengawas saya sampaikan terimakasih. 

Ringkas kalimat saya menyampaikan terimakasih kepada semuanya yang selama ini bersama-sama menjalankan tugas. Meskipun saya sudah berhenti menjadi Ketua Umum, saya akan tetap menjadi sahabat bagi kader-kader Partai Demokrat. Saya ketika melepas jabatan atau posisi Ketua Umum tentu tidak punya kewenangan organisatoris karena sudah saya lepas. Tetapi saya bisa menjaminkan satu hal yang hemat saya penting yaitu ketulusan, persahabatan dan persaudaraan. Saya jaminkan ketulusan, persahabatan dan persaudaraan itu kepada kader-kader Partai Demokrat di seluruh Indonesia apapun nanti tugas, langkah yang akan saya tempuh termasuk apakah saya ada di luar atau ada di dalam, apakah saya menjalani proses hukum, apakah proses hukumnya berjalan dengan adil, obyektif dan transparan atau tidak. 

Tetapi saya menyatakan, menegaskan, menggarisbawahi bahwa saya menjaminkan ketulusan, persahabatan dan persaudaraan. Loyalitas sebagai sahabat yang selama ini kita bangun bersama itu bagian yang indah dan menyegarkan di dalam dinamika organisasi politik partai yang kadang-kadang agak keras, dan panas. Semuanya itu punya makna yang luar biasa. Karena itulah saya yakin betul bahwa saya tetap akan berkomunikasi sebagai sahabat dengan kader-kader Partai Demokrat di seluruh Indonesia. Tidak dalam posisi sebagai Ketua Umum tetapi dalam posisi sebagai teman dan sahabat. 

Saya juga berharap, siapapun yang nanti menjadi Ketua Umum Partai Demokrat bisa untuk menunaikan tugas bahkan jauh lebih baik dengan apa yang sudah saya tunaikan bersama teman-teman pengurus selama ini. Saya yakin pasti akan datang Ketua Umum yang lebih baik. Saya percaya itu, karena sejarah selalu melahirkan pemimpin pada waktunya. 

Selanjutnya saudara-saudara sekalian, apa yang akan saya lakukan ke depan adalah tetap dalam kerangka memberikan kontribusi dan menjaga momentum bagi perbaikan, peningkatan, dan penyempurnaan kualitas demokrasi di Indonesia. Apapun kondisi dan keadaan saya. Kondisi dan keadaan saya itu bukan faktor. Faktornya yang penting adalah bahwa saya akan tetap bersama-sama di dalam sebuah ikhtiar untuk membuat Indonesia ke depan makin baik dan makin bagus. Hari-hari ini dan ke depan akan diuji pula bagaimana etika Partai Demokrat. Partai yang etikanya bersih, cerdas dan santun. 

Akan diuji oleh sejarah, apakah Partai Demokrat adalah partai yang bersih atau partai yang tidak bersih, partai yang bersih atau partai yang korup akan diuji partai yang cerdas atau partai yang tidak cerdas, partai yang solutif menawarkan gagasan-gagasan cerdas dan bernas untuk masa depan bangsa atau partai yang tidak seperti itu, juga diuji apakah Demokrat akan menjadi partai yang santun atau partai yang sadis. Apakah yang terjadi kesantunan politik atau sadisme politik. Ujian itu akan berjalan sesuai dengan perkembangan waktu dan keadaan. 

Tetapi yang paling penting saya garisbawahi adalah bahwa tidak ada kemarahan dan kebencian. Kemarahan dan kebencian itu jauh dari rumus politik yang saya anut. Dan mudah-mudahan juga dianut oleh siapapun kader-kader Partai Demokrat. Diatas segalanya saudara-saudara sekalian, saya ingin menyatakan barangkali ada yang berpikir bahwa ini adalah akhir dari segalanya, barangkali ada yang meramalkan dan menyimpulkan ini adalah akhir dari segalanya. 

Hari ini saya nyatakan ini baru permulaan, hari ini saya nyatakan ini baru sebuah awal langkah-langkah besar, hari ini saya nyatakan bahwa ini baru halaman pertama. Masih banyak halaman-halalaman berikutnya yang akan kita buka dan baca bersama tentu untuk kebaikan kita bersama. Saya sekali lagi dalam kondisi apapun akan tetap berkomitmen, berikhtiar untuk memberikan sesuatu yang berharga bagi masa depan politik kita, bagi masa depan demokrasi kita.
Jadi, ini bukan tutup buku. Ini pembukaan buku halaman pertama. Saya yakin halaman-halaman berikutnya akan makin bermakna bagi kepentingan kita bersama. Inilah saudara-saudara sekalian beberapa hal yang ingin saya sampaikan pada kesempatan siang hari ini, saya tentu akan terus menjadi sahabat, teman-teman sekalian karena banyak buku yang akan kita baca bersama. 

Buku-buku itu jangan dipahami dalam perspektif ngeres, tetapi dalam perspektif positif dan konstruktif, dalam perspektif kebaikan dan kemashlahatan yang lebih besar. Kebaikan dan kemashlahatan yang lebih besar itulah yang menjadi titik orientasi kita. 

Sekali lagi, terimakasih atas kehadiran rekan-rekan sekalian, saya bisa lebih panjang, tapi kalau saya panjangkan nanti terlalu banyak yang harus diberitakan.
Sunandar - Pedoman NEWS

Monday, February 18, 2013

Seminar Tentang Difabel dan Sendratari Ramayana Dalam Rangka 75 Tahun LPATR Dena Upakara




Diskriminasi terhadap penyandang cacat/Disabilitas/ atau lebih tepatnya disebut DIFABEL (Diferent Ability) masih sering terjadi di tengah-tengah kita. Diskriminasi tersebut masih kita lihat dari cara pandangan (paradigma), perlindungan hukum, perlakuan, pengakuan, hak-hak dalam masyarakat maupun fasilitas umum yang digunakan.

Hal ini tidak perlu terjadi apabila pemahaman tentang difabel dapat di terima dan dimengerti secara mendalam dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan pemerintah selaku pemegang kebijakan.  

Penyandang DIFABEL bukan lah manusia yang perlu “dikasihani”, mereka hanya membutuhkan “cara yang berbeda” untuk belajar, Ruang aktualisasi karya dan sedikit “perhatian”  bersama. Sehingga mereka menjadi manusia yang “Berdaya” dan mampu “Bersaing” layaknya manusia pada umumnya.

Kerja Sosial & Kampanye bersama cermin dari Pluralitas dan kerukunan ber Agama

Sebagai sebuah lembaga yang aktif dalam pelayanan kepada anak-anak difabel, khususnya anak-anak tunarungu, Lembaga Pendidikan Anak Tunarungu (LPATR) Dena-Upakara Wonosobo mengajak masyarakat luas, khususnya masyarakat Wonosobo untuk ambil bagian dalam kepedulian dan pelayanan kepada kaum difabel di Wonosobo.

Perayaan 75 tahun LPATR Dena-Upakara pada tanggal 15 Maret 2013 akan melibatkan berbagai kalangan masyarakat Wonosobo yang peduli akan pendidikan dan pelayanan kaum difabel. Kepanitian di susun dari beberapa kalangan, baik Mahasiswa, pendidik/Dosen, Budayawan, Tokoh Organisasi Kemasyarakatan dan Tokoh lintas Agama. Dan kegiatan ini melibatkan dan mengundang semua lapisan masyarakat sehingga kampanye tentang DIFABEL ini sesuai dengan harapan yang diinginkan.

Tentang LPATR Dena-Upakara

LPATR Dena-Upakara yang berada di Kabupaten Wonosobo, selama 75 tahun melayani anak-anak tunarungu dari berbagai daerah di Indonesia. Pada awal didirikan, tahun 1938, sampai tahun 1955, lembaga ini melayani anak-anak tunarungu putra dan putri. Namun karena berbagai pertimbangan, maka pada tahun 1956, lembaga ini hanya melayani anak-anak tunarungu putri. Sedangkan yang putra diserahkan kepada Lembaga Karya Bakti (Don Bosco).

Usia 75 tahun tentu saja bukan usia muda dalam perjuangan dan kesetiaan melayani anak-anak tunarungu. Maka LPATR Dena-Upakara hendak bersyukur atas perjuangan dan kesetiaan tersebut. LPATR Dena-Upakara mengajak masyarakat Wonosobo untuk merayakan hari penuh syukur dan kebahagiaan dalam sikap peduli kepada kaum difabel yang ada di Wonosobo dan merayakannya dengan menyaksikan pentas Sendratari Ramayana.


BENTUK KEGIATAN
1.    TALKSHOW
Talkshow  ini akan membahas tentang dunia  Difabel dalam  mendapatkan kedudukan, perlakuan, dan hak yang sama seperti yang diamanahkan dalam UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 4 TAHUN 1997, TENTANG PENYANDANG CACAT.

TEMA  :
“Menuju Keluarga, Masyarakat dan Pemerintahan sensitif DIFABEL”
PEMBICARA :
a.      Arswendo Atmo Wiloto (Budayawan)
b.      Pakar dan penggiat dunia Difabel (UIN suka)
c.      Pakar dari kampus Sanatadharma
d.      Unsur Pemerintah
e.      Perwakilan Dena-Upakara
TUJUAN :
Seminar ini akan diikuti 200 peserta dari kalangan :
a.      Membuka paradigma baru tentang Difabel
b.      Meningkatkan kesadaran keluaraga, masyarakat dan pemeritah yang sensitif difabel.
c.      Meningkatkan pendidikan dan pelayanan yang sesuai bagi kaum difabel.
d.      Kampanye bersama  Kepedulian social terhadap DIFABEL
PESERTA :
a.      Instansi Pemerintah (Desa, Kecamatan dan Kabupaten)
b.      Kalangan Pelajar dan Mahasiswa
c.      Tokoh Masyarakat
d.      Kalangan Pendidik
e.      UMUM
WAKTU dan TEMPAT
Seminar ini dilaksanakan pada Hari Jum’at. 15 Maret 2013. Pukul 14.00-16.00, di Gedung Sasana Adipura Wonosobo

2.    SENDRATARI RAMAYANA
LAKON
“Brubuh  Ngalengka”
PENARI
Siswi-siswi Tunarungu Dena-Upakara Wonosobo kelas Dasar 1 sampai SMPLB kelas VIII.
PEMUSIK (PENGRAWIT)
Guru-guru Dena-Upakara Wonosobo.
WAKTU & TEMPAT
Dilaksanakan pada Hari Jum’at. 15 Maret 2013. Pukul 16.00-20.00, di Gedung Sasana Adipura Wonosobo
3.    PAMERAN PRODUK HASTA KARYA
Sebagai bukti bahwa siswi-siswi Dena Upakara dapat berdaya saing dengan siswi-siswi lainya maka pameran ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada masyarakat luas bagaima proses kreatif dibalik karya tersebut,

Saturday, February 2, 2013

Artis Penyanyi dan Musisi Dangdut Wonosobo




Anda penggemar musik dangdut? Suka nonton panggung atau pertunjukan musik dangdut? Kenal dengan penyanyi dangdut panggung era tahun 80-an sampai 90-an? Nah, kini saatnya kita bernostalgia.
Bertempat di Allure Square beberapa waktu yang lalu, kami berkesempatan menikmati suara emas beberapa penyanyi dangdut yang dulu namanya berkibar dari panggung ke panggung di tahun 1980-an hingga 1990-an. Mereka sedang berkumpul kembali setelah  terpisah selama beberapa tahun. Berkumpulnya mereka untuk menjalin silaturahmi dan kembali berkontribusi dalam dunia tarik suara, setidaknya lokal Wonosobo.

Sebut saja Siti Yanto, Titin, Titik, Kini Asmara, Ratih Hartati, Mugiyono, Uki Sutanto, Heri Suseno, Nurnaningsih, Bambang Teguh. Mereka adalah beberapa artis dan musisi dangdut yang tergabung dalam Asosiasi Artis Penyanyi dan Musisi Dangdut (APMD) Wonosobo. Asosiasi ini sebetulnya sudah berdiri beberapa tahun yang lalu namun seiring berkurangnya job mereka membuat asosiasi ini kurang aktif.
Sekarang mereka berkumpul kembali untuk memberi warna bagi musik panggung lokal di Wonosobo. Tetap dengan musik dangdut. Menurut ketua APMD, Bambang Teguh Prasetyo, asosiasi ini akan kembali aktif dalam menyuguhkan hiburan ke masyarakat. “Nantinya setiap malam sabtu, di Allure akan tampil beberapa penyanyi dari APMD untuk menghibur tamu dan pengunjung di food court ini,” kata Bambang Teguh. “Selain untuk kembali menjalin silaturahmi sesama penyanyi dan musisi, kami juga ingin membangkitkan nuansa nostalgia bagi para penikmat musik dangdut lawas,” sambungnya. Meski begitu, menurut Bambang Teguh, para artis APMD juga bisa menyanyikan lagu dangdut terkini.

Beberapa anggota APMD ternyata masih aktif bernyanyi. Semisal Mugiyono, pemilik  grup musik “Rinada” ini masih sering mendapatkan job untuk menggelar musik dangdut dari  panggung ke panggung, baik itu indoor maupun outdoor.
Begitu juga dengan Siti. Hingga kini Siti masih aktif sebagai penyanyi. Bahkan saat ini dia sedang menjalankan kontrak dengan beberapa walikota dan bupati di Padang dan Aceh. “Biasanya untuk acara bakti sosial, hiburan masyarakat, atau pas kampanye,” ujar Siti. “Masyarakat di daerah sana senang sekali dengan pertunjukan musik dangdut, mereka suka dengan pagelaran musik outdoor,” sambungnya.

Sementara itu Titin punya cerita lain, artis yang dulu dijuluki Rita Sugiarto-nya Wonosobo ini menekuni dunia musik dangdut hingga kini. Di rumahnya dia mendirikan grup musik dangdut organ tunggal bernama “Rona Ria”. Juara Vokal Terbaik Jambore Dangdut Jawa Tengah tahun 1997 ini menganggap musik dangdut akan tetap memiliki pasar dan penggemar. Sekretaris APMD, Nurnaningsih juga mengaku masih sesekali menerima job untuk manggung, meski tak seramai dulu. “Ya, sesekali masih ada lah,” ujarnya singkat.

Namun tidak semua anggota APMD masih aktif manggung di acara musik dangdut. Ratih Hartati salah satunya, meski masih memiliki suara yang terbilang bagus, namun Tatik –panggilan akrabnya- sudah tidak lagi aktif di dunia tarik suara. Saat ini Tatik adalah kader di salah satu partai politik dan menjadi agen sebuah perusahaan asuransi.

Dalam waktu dekat ini, APMD akan menggelar acara Lomba Vokal Musik Dangdut. Menurut Bambang Teguh, hal itu untuk mencari talent-talent baru di dunia tarik suara khususnya dangdut. “Tunggu saja, Mas tanggal mainnya,” pungkasnya. (omtri)
image

Brand Development

Saya adalah blogger, penulis, citizen journalist sekaligus praktisi marketing. Konsultan pengembangan merek, penyusunan sistem franchise. Trainer marketing, sales dan online advertising

image

Web Development

Anda butuh website atau blog pribadi? Untuk pengembangan usaha, LSM, organisasi, sekolah, toko online atau perusahaan Anda? Silahkan hubungi saya 0812-2222-0750 atau kirim email ke mr.antowiyono@gmail.com