Tuesday, January 22, 2008

Jakarta Oh Jakarta

Jakarta adalah sebuah ibukota negeri antah berantah yang memiliki banyak kekayaan yang diberikan oleh alam dalam jumlah melimpah, misalnya air yang berlimpah sehingga menyebabkan banjir. Jakarta telah menyumbangkan potensi besar terhadap negara antara lain angka kejahatan, kemiskinan, pelacuran, dan masalah sosial lainnya. Semuanya adalah hasil kekayaan budaya yang telah terbina sejak dini dan patut dipelihara dan dilestarikan


Perekonomian
Sebagian besar (99%) uang di Indonesia berputar di Jakarta dengan rute Lebak Bulus, Blok M, Kota, Mangga Dua, Tanjung Priok, Cengkareng, Pulau Seribu, lalu kembali lagi ke Lebak Bulus dengan selamat.

Prinsip ekonomi yang dianut oleh semua penduduk Jakarta adalah segala sesuatu bisa dijual termasuk tusuk gigi bekas, ungkapan yang terkenal adalah tidak ada yang gratis di ibukota kecuali ..... kasih sayang ibu

Kondisi Transportasi

Dimulai pada jam 5.00,dengan asap knalpot yang merasuk ke dada.Jumlah angkot dengan trayek baik itu ILLEGAL ataupun RESMI,mulai banyak orang ,dari mulai polisi sampai yang bukan polisi mengatur lalu lintas dengan pungli,..yah begitu deh.

PILKADA(Pil Keberhasilan Ada)

Baru tahun 2007 ini diadakan pilkada dengan ,2 orang peserta.Pertama, Bang A-Dank dan Dunny.Yang kedua,Pak kumis dan Mas Peri Yanto.Karena peserta yang kedua main keroyokan aja,ya anda tau sendiri kan hasilnya, si Pak Kumis menang....(yakin ,JAKARTA GA UNTUK SEMUA ,CUMA UNTUK SI KUMISS)

KTP

Masalah esensial bagi orang Pendatang atau Jakarta aseli alias betawi adalah pengurusan Ka-Te-Pe(Kartu tanda Pengungsi).Setiap pembuatannya pasti ada pungli, pungli dan pungli.Dan pembuatannya bisa memakan waktu sampai batas waktu yang tidak ditentukan (syarat & ketentuan berlaku) [tri]
______________________________________________________________
Plesetan ini hanya sedikit dari Halaman yang bisa membuat Anda lupa bahwa Anda sedang sakit gigi. Jadi, tertawalah sebelum membaca Halaman ini
______________________________________________________________

*Syarat Dan Ketentuan Berlaku








Artikel ini semula mau saya isi dengan ulasan mengenai tarif selular yang saat ini berlaku. Tapi setelah saya pelajari satu persatu, ternyata saya nggak sanggup untuk mengulasnya secara terperinci. Sebab ada produk yang memberlakukan tarif berbeda antara Semarang dan Surabaya. Untuk itu ini saya beri link saja untuk mengetahui tarif yang berlaku saat ini.


GSM prabayar
simPATI PeDe

kartuAs

Mentari

Bebas

Jempol

Mau...? 3

IM3

GSM pascabayar


kartuHALO Bebas

kartuHALO hybrid

Matrix

Explor

CDMA


esia

smart

flexi

fren

starone

Demikian semoga bermanfaat. Ulasannya besok aja yha... [tri]

Attack Eazy Kok Bareng Surf Easy?

Ini mungkin artikel yang nggak menarik. Tapi setidaknya menggelitik hati saya. Maklum naluri Marketing saya tergugah mengenai hal ini. Anda tentu tahu produk Attack dari P&G (Procter and Gamble) [maaf jika salah].

Produk pencuci pakaian ini kini mengeluarkan Sub Merek baru yaitu Eazy. Seperti iklannya, Eazy ini dapat mencuci lebih ringan (enteng) karena dengan zat agent tertentu membuat Eazy ini sangat mudah (easy) digunakan untuk mencuci. Mereka (produsen&distributor) mengklaim bahwa Attack Eazy ini dapat mencuci lebih ringan bagai di bantu oleh 12 tangan.



Lalu, pernah lihat iklan di televisi yang diperankan oleh Farhan dengan setting sebuah pertunjukan tari Bali? Dimana beberapa penonton tari tersebut bahkan si penarinya pun ikut terbingungkan ketika mendengar bunyi "cek kucek kucek kucek kucek......" yang ternyata suara Farhan dari megaphone.

Yang sedang memperagakan mencuci dengan sebuah detergen produksi Unilever ber merek Surf, yang juga melahirkan turunan yakni Surf Easy.
Produk ini juga dengan slogan yang sama yaitu mencuci lebih ringan dan mudah seperti dibantu oleh 10 tangan (jika Attack 12 tangan).

Intinya, kedua produk ini mengeluarkan turunan produk dengan spesifikasi yang sama, jenis yang sama dan slogan yang sama. Hanya bedanya, Eazy=12 tangan, Easy=10 tangan.

Ini menjadi sebuah pertanyaan dalam hati saya. Kok bisa, sebuah 'inovasi' muncul dari dua kubu secara bersamaan. Kesengajaan? Kebetulan? Atau kebocoran? Hanya mereka yang tahu.


Karena hal ini berbeda ketika Attack mengeluarkan Attack plus Softener, yang diikuti oleh SoKlin Softergen dan Rinso Molto namun dalam rentang waktu yang cukup lama.
Ya, itulah yang menggelitik hati saya. [tri]

Orang Madura Tidak Kenal Warna Biru


Kejadian menggelikan ini terjadi tahun 2000 lalu. Saat itu aku berada di Malang karena kantorku membuka cabang di Malang.

Ketika dalam perjalanan naik bus ke Lumajang, ada seorang penumpang yang minta turun di suatu tempat. Setelah bus berhenti, lalu si penumpang yang ibu-ibu itupun bergegas turun. Tapi setelah hampir menjejakkan kakinya ke tanah, dia teringat jika dia membawa barang bawaan yang bercampur dengan barang-barang penumpang lain.


Si ibu minta tolong si kernet untuk mengambilkan barang tersebut yang katanya berada di tas plastik warna Hijau. Padahal bus dalam keadaan tergesa-gesa khawatir di dahului oleh bus berikutnya. Sambil ngomel-ngomel si kernet mencari-cari barang yang dimaksud si ibu dalam tumpukan barang-barang penumpang. Karena tak menemukan juga barang yang dicari, kernetpun semakin kesal dan tambah keras volume omelannya. Sementara Pak Sopir minta segera berangkat. Para penumpang lainnya pun ikut-ikutan geram.

Setelah hampir 15 menit tak diketemukan juga, akhirnya si kernet menyerah dan meminta si Ibu naik lagi untuk mencarinya sendiri.

Lalu apa yang terjadi? Dengan sigapnya si Ibu mengambil sebuah tas kresek warna biru yang sebetulnya dari tadi sudah di udal-udal sama kernet.

" Iki lho, Cak. Ngono wae ra weruh," ( ini lho Mas, gitu aja nggak tahu)
" Yo opo sih sampeyan? Jare mau ijo kok. Nek iku yo ket mau aku weruh," (gimana sih Bu? katanya hijau. Kalau itu sih dari tadi juga aku tahu)

Penumpang yang sedari tadi sudah geram, jadi tertawa bersama saat mengetahui maksud si Ibu.
" Arudam.... Dasar," (Arudam=Madura dibalik. Bahasa khas Malang)

Penumpang, Kernet dan Pak Sopir baru sadar kalau penumpang tadi adalah orang Madura yang kebanyakan tak bisa menyebut warna biru. Mereka kebanyakan menyebutnya Hijau. [tri]
______________________________________________________________

[POSTINGAN INI TAK ADA MAKSUD BERSENTUHAN DENGAN SARA. CERITA DENGAN ILLUSTRASI TADI UNTUK MEMUDAHKAN PEMAHAMAN, SELAIN KEJADIANNYA MEMANG DEMIKIAN]
______________________________________________________________

Monday, January 21, 2008

Aku Jadi Korban Lumpur Lapindo

Lha kok bisa? Bukannya Omtri rumahe Pati, Solo, Juana? (hayah). Kan jauh dari Porong?

Memang. Ceritanya begini. Dalam perjalananku dari Pati ke Malang beberapa waktu yang lalu, aku kan melewati Sidoarjo. Termasuk melewati daerah yang terkena dampak Lumpur Lapindo (baca:Lumpur Sidoarjo).


Karena penasaran, aku mampir juga berbaur bersama puluhan orang yang melihat dari dekat tempat terjadinya sembura lumpur panas itu. Aku terpana ketika melihat sebuah menara masjid yang hanya terlihat sisanya hanya tinggal sekitar satu meteran. Lainnya sudah terendam oleh lumpur. Bahkan di sekitar menara tersebut muncul semburan-semburan baru.

Kata para pemandu, konon disebabkan oleh Bola-Bola Beton yang dulu di masukkan ke dalam lubang utama yang mengeluarkan semburan awal. Kini akibat lubang tersebut tertutup akhirnya semburan melalui lubang baru yang makin tak terkendali. Setidaknya ada empat tempat terjadinya sembuarn baru tersebut.
Juga tampak rumah yang masih kata pemandu adalah rumah tingkat, hanya terlihat gentengnya saja. Selebihnya kawasan tersebut tampak seperti danau. Terlihat juga beberapa dump truk sibuk mengangkut material dari gunung Pasuruan untuk diurugkan ke sekitar kawah utama. Ngeri aku membayangkannya.

Setelah melihat-lihat sekitar 30 menit, akupun bergegas melanjutkan perjalananku menuju Kota Malang. Namun baru beberapa meter saja aku mengendarai motorku, tiba-tiba... " brosssoooooottttt...... gubrak!!!," aku terjatuh bersama motorku.

Penyebabnya tak lain adalah disekitar jalan tersebut banyak terdapat material tanah yang berserakan di pinggir jalan, entah itu material lumpur yang mengering ataukah tanah urugan yang berhamburan dari truk-truk tersebut.


Tanganku terluka, telapak tanganku lecet. Sedikit berdarah. Motorku lecet di beberapa bagian. Ini adalah luka pertama motorku sejak di make over. Untung saja celanaku tak robek karenanya.
Pedih, pegel, malu, sakit, kotor.... ah!! Akhirnya, aku jadi korban Lumpur Sidoarjo deh...[tri]

Saturday, January 19, 2008

Kriteria Menjadi Warung Makan Langganan

Di beberapa tempat yang sering aku singgahi, aku biasanya memiliki tempat makan yang aku jadikan langganan. Warung makan sih, bukan restoran seperti kebanyakan orang. Namun, meski hanya warung makan, tapi aku selalu 'mengajukan' syarat untuk bisa masuk menjadi warung makan langgananku. Yakni seperti ini;

1. Murah.
Ini jelas, aku nggak mau makan meski enak tapi harganya nggak sepantasnya. Misal, ayam goreng, nasi, sama teh anget 12500. Ini namanya mahal. Setidaknya porsi seperti tadi maksimal 7500. Normalnya 5000 bahkan kurang.

2. Nyaman. Maksudnya nyaman adalah; tempatnya agak luas, tidak berdesakan ketika sedang ramai. Parkirnya juga memadai. Pelayanananya juga menyenangkan. Aku paling suka setelah makan merokok sebentar barang 15 menit. Ketika merokok kita merasakan kenyamanan.

3. Higienis.
Banyak warung makan yang murah tapi nggak higienis. Terkadang beberapa makanan kemasukan demu, meja yang kotor, baik kotor kering maupun basah. Cara pemasakan dan dapurpun sering menunjukkan warung itu higienis atau tidak.

4. Enak. Ini jelas. Senyaman apapun kalau masakannya tidak enak siapaun nggak bakalan mengulanginya untuk makan disitu.
Itulah setidaknya 4 (empat) kriteria untuk menjadi warung makan langgananku. Anda tidak sependapat? Silahkan posting komentar Anda... [tri]

Tempe Penyet Mak Nyuss

Disaat dunia pertahuan dan pertempean di guncang dengan adanya harga kedelai yang merangkak naik, saya masih bisa menikmati lauk hasil olahan dari biji-bijian jenis palawija itu dengan harga yang ekonomis (baca:murah). Ya, ini karena baru saja saya bisa menikmati seporsi tempe penyet hanya dengan Rp. 2500,- . Harga tersebut sudah termasuk nasi putih, lalapan aneka warna bebas pilih, sambal terasi yang mak nyoozzz dan segelas air putih, maksud saya air bening (teman saya sering menyela, jika saya menyebut air putih berarti susu).

Seperti biasanya, selama berada di Malang beberapa hari ini setiap selesai Maghrib, saya berjalan jalan keluar dengan Smash-ku untuk mencari makan malam. Setelah berputar-putar kota, akhirnya saya melihat sebuah warung makan spesialis lalapan. Ini menu favorit saya. Warungnya rame. Biasanya kalau rame pasti laris. Setidaknya masuk kategori saya menjadi warung langganan.

Ya, setelah saya memarkir motor, saya pun masuk ke warung itu. Benar saja, menunya lengkap. Ada lele, ayam goreng, telor penyet dan tentu saja tempe penyet. Yang terakhir ini adalah menu kesukaan saya. Istri saya senang sekali dengan kegemaran saya ini. Murah, carinyapun mudah. Dan pasti kalau makan dengan menu ini saya pasti nambah. Istri saya selalu menghadiahkan sebuah ciuman ketika melihat saya nambah saat makan. (hmm... bikin cembokur ya?)

Kembali ke warung penyet. Setelah memesan tempe penyet, saya menunggu sambil menikmati acara TV yang tersedia disitu. Saat itu di RCTI sedang ada Sinetron Namaku Mentari. Sinetron yang menurutku tak bermutu itu sedang diputar di stasiun TV swasta pertama itu. Sepuluh menit kemudian, sepiring nasi putih, seporsi tempe dalam kubangan sambal terasi yang disuguhkan dalam cobek tanah juga turut disajikan. Hmm... tak sabar rasanya menghabiskannya.

Tidak sampai 20 menit, menu spesial (bagi saya) itupun habis. Lalu aku pun membayarnya setelah menyulut sebatang Djarum Super. "Berapa, Mbak?". Tanyaku sama penjualnya. " Tambah apa, Mas?" tanya dia balik. " Nggak, cuma sama air putih". Mbaknya jawab, "duaribu limaratus, Mas"... Hah!!!??? Murah sekali, batinku.

Ah, kalau begini bisa tiap sore nih makan disini, pikirku. Murah, enak. Tapi sayang, seandainya saya nambah nasi putih, tidak akan ada yang mencium saya. Biarlah, ciumnya diakumulasikan saja nanti setelah kembali kumpul.[tri]

Thursday, January 17, 2008

Pak Harto Sembuh. RSPP Banjir

Photo Sharing

RSPP banjir. Namun Pak Harto masih dapat dievakuasi. Rabu 16 Januari 2008 jam 21.00 Pak Harto dinyatakan sembuh. Namun pagi harinya RSPP terendam banjir hingga 75 cm. Petugas yang berjaga beserta Tim Dokter Kepresidenan terpaksa mengevakuasi mantan penguasa Orde Baru itu kembali ke lantai 5, setelah sebelumnya diturunkan ke lantai 1 untuk perawatan di Suit Room VVIP lantai 1. Kini Soeharto kembali di rawat di lantai 5.

Seperti biasanya, Soeharto tetap menebar senyum sambil melambaikan tangannya kepada wartawan yang selama seminggu lebih telah menginap di Rumah Sakit Pusat Premium tersebut. Lihat gambar...

gambar lucu





Monday, January 14, 2008

Penetrasi dalam dua pengertian

Penetrasi. Ya, kata ini sering bikin tegang. Kebanyakan orang memang mengartikan kata ini sebagai tegang. dr. Boyke Dian Nugraha SpOG, dr. Naek L Tobing dan beberapa Dokter Spesialis Obstetricus dan Ginaekolog sering membahas ini dalam seminar-seminar mengenai (maaf) seks. Ini sering dibahas karena merupakan persoalan penting buat negara.. hahaha.. Sebab penetrasi adalah langkah awal terjadinya sebuah negara... hahaha (lagi)... Namun banyak orang (laki-laki tentunya) mempunyai masalah dengan hal ini. Sehingga sering terjadi kemelut negara (baca: rumah tangga) karena disfungsi ini. Biasanya sang nara sumber dalam seminar menjawabnya dengan memberi ulasan bahwa untuk hal tersebut di butuhkan kondisi psikologi yang sehat, badan yang fit dsb.. (saya kurang begitu paham, alhamdulillah negara saya aman). Minum jamu, pijat refleksi, olah raga yang cukup, istirahat yang cukup sering menjadi solusi bagi
penderita disfungsi penetrasi ini... Begitulah versi dr. Boyke dkk.

.......................................................................................................................................
Lain lagi dengan penjelasan Prof. Hermawan Kertajaya, pemilik Konsultan Marketing Mark Plus ini sering juga berbicara di seminar-seminar membahas masalah Penetrasi ini. Karena masalah ini juga sering kali membuat tegang para pelakunya. Terutama Salesman dan Marketing. Sebab penetrasi atau pemerataan produk merupakan ujung tombak keberhasilan sebuah usaha distribusi. Pendeknya, penetrasi disini artinya pemerataan produk. Nah, panjangnya pemerataan produk yang dilakukan perusahaan distribusi ternyata tidaklah simpel seperti yang kita bayangkan. Ambil contoh seorang salesman mendapatkan target dari pimpinannya senilai seratus juta perbulan, misalnya. Bayangan orang awam bisa saja begini, "halah, yang penting di jual barang habis pulang bawa uang". Bukan..... Bukan semudah itu.
....................................................................................................................................... Dalam sistem distribusi ternyata ada rumus yang sangat detail dan rumit (jika belum familiar). Tidak hanya berupa value atau nilai penjualan saja yang diperhitungkan. Ada rumus lain. Seperti; NPL (New Product Launching), yaitu target khusus untuk produk yang baru saja di launching perusahaan tersebut. OA (Outlet Aktif), yaitu target khusus mengenai jumlah toko yang aktif melakukan pembelian minimal sekali dalam seminggu, atau sebulan tergantung frekwensi repeat kunjungannya. EC (Effective Call), yaitu jumlah kunjungan yang menghasilkan transaksi dalam sehari. Karena dari kunjungan 100 (misal) dalam sehari yang melakukan pembelian belum tentu semua. Jumlah yang membeli inilah yang di sebut Effective Call. Ada juga produk yang masuk kategori Fast Moving atau produk yang mudah laku. Slow Moving yang berarti sebaliknya. Ada juga target mengenai jumlah uang masuk termasuk tagihan atau Collection. Terutama bagi Distributor yang memberi kemudahan relasi dengan cara kredit. Terkadang -semisal- sisa kredit Toko Pak Salim masih 12 juta, tapi Pak Salim order barang lagi senilai 10 juta padahal Pak Salim hanya membayar titipan tagihan 4 juta. Ini berarti pencapaian target Collection atau tagihan mleset. Jadi kalau kita mendapatkan target penjualan kacang dengan berbagai bentuk, ukuran, kualitas dan harga, tidak bisa kita terus mengatakan begini, "halah, yang laku kan kacang atom 500an, udah aja jual yang 500an itu sebanyak-banyaknya, yang penting nyampe seratus juta"... Tidak bisa begitu... Begitulah, penetrasi menurut Mark Plus ternyata tidaklah mudah. Tak semudah pengertian menurut dr. Boyke. Setidaknya itulah yang saya dapat dari pengalaman kerja saya di distributor produk Kacang Atom kebanggan Kota saya. [tri]

Pitch Control

Beberapa waktu yang lalu kita pasti familiar dengan frase 'pitch control'. Ya, gabungan dua kata tersebut pernah booming dikalangan semua orang. Frase tersebut merupakan dampak dari euforia program Talent Search yang diadakan beberapa stasiun televisi Swasta di Indonesia. Adalah Trie Utami yang akrab disapa Mbak I'i yang tanpa sengaja mempopulerkan frase tersebut. Mbak I'i memang mendapatkan tugas untuk mengomentari setiap peserta AFI (Akademi Fantasi Indosiar) setelah selesai membawakan sebuah lagu untuk dinilai kualitas suaranya. Selain frase tersebut juga sering sekali terlontar frase seperti Range Vokal, Penjiwaan, Penguasaan Panggung, Ekspresi dan lain sebagainya.

Tapi bukan itu yang akan saya kupas disini. Tapi hanya 'frase pitch' control saja. Pitch control menurut Mbak I'i adalah kontrol atau pengendalian terhadap lontaran suara saat bernyanyi. Ini berhubungan dengan irama lagu, ritme musik, intonasi dan lain sebagainya mengenai suara. Terkadang suara musik terdengar lebih keras dibanding dengan suara vokal penyanyi. Ini bisa karena volume musik terlalu tinggi, tapi juga karena pitch control tadi yang kurang.

Namun, akan lain halnya jika pitch control ini di bahas oleh Robert T Kiyosaki, Tanadi Santoso atau Hermawan Kertajaya. Mereka juga punya istilah ini. Namun dengan pengertian yang berbeda. Pitch tetap berarti lemparan atau lontaran. Namun kali ini bukan suara yang di lemparkan tetapi barang atau produk komoditi. Alias barang yang di jual.
Di WWI ( World Wide Industries/Wholesale Warehousing Industries=entah mana yang asli), sebuah perusahaan Direct Selling asal Singapura yang di bawa ke Indonesia oleh seorang bule bernama Jhon Ranking dan seorang lagi yang saya lupa namanya, lalu di Indonesia berubah menjadi dua divisi yaitu PT. Tira Pustaka dan PT. Karyadaya Rekatama, istilah pitching atau to pitch menjadi menu sehari-hari. Setiap pagi diadakan briefing mengenai pitching, why to pitch atau bagaimana melempar (konotasi dari menjual) barang.

Bagaimana cara kita mempengaruhi kastemer agar produk kita bisa terlempar (terjual). Disana diajarkan metode 5 (lima) langkah penjualan. 1. Pendahuluan, meliputi senyum, salam, dan sapa. 2. Presentasi, meliputi kualitas barang, harga, keunggulan dsb. 3. Cerpen ( cerita pendek/short story) mengenai beberapa orang yang telah membeli, harga hanya hari ini, ini produk launching dengan harga khusus, atau bahkan ini produk cuci gudang dengan harga diskon dan sebagainya. 4. Closing, penutupan dengan cara memberi pushing terhadap kastemer agar membeli saat itu juga. Dengan memberi pertanyaan yang jawabannya hanya satu. "iya". Seperti pertanyaan begini, Ibu mau pilih yang Hijau atau yang Merah? Bapak mau beli yang Kenzo atau Davidoff? dsb.. Disini kita dilarang atau harus menghindari pertanyaan yang jawabannya "ya" dan "tidak". Seperti, Gimana Bu, mau beli sekarang atau besok? Atau, Gimana Pak jadi beli parfumnya? dsb. 5. Rehash, penawaran kembali produk pendamping.

Biasanya Direct Sales seperti ini tidak hanya membawa satu jenis barang, melainkan banyak. Ini biasanya mereka jual secara paket atau menawarkan produk lainnya setelah produk pertama terjual. Tujuannya adalah agar pada saat transaksi, tidak hanya satu barang saja yang terjual.

Demikian pengertian pitch control bagi beberapa orang yang pengertiannya berbeda. Ada juga sebuah kata yang beda artinya tergantung siapa yang menyebutnya. Yaitu, PENETRASI. Ini akan berbeda arti jika yang membahas dr. Boyke Dian Nugraha SpOG melawan Hermawan Kertajaya dkk... ulasannya di artikel lain[tri]

Wes Mangan Ora Udud Eneg

Wes Mangan Ora Udud Eneg.... Itulah sekilas pepatah bagi beberapa orang yang selalu merokok setelah makan. Memang, bagi penikmatnya merokok setelah makan adalah sebuah kenikmatan. Sehingga banyak orang yang demi kenikmatan sebatang rokok harus ngemil atau minum kopi atau teh. Entah mengapa, memang terasa beda jika kita merokok setelah makan dengan merokok tidak setelah makan. Tanpa melupakan Gerakan Anti Tembakau atau Program Larangan Merokok di Tempat Umum, saya akan mengulas sedikit mengenai distribusi rokok menurut cuaca daerahnya.
Begini, di Malang penjualan Djarum Super tidak akan sebanyak di Semarang. Bahkan toko Bu Kos tempat saya tinggal, tidak menjual Djarum Super. Kata Bu Kos Djarum Super tidak laku. Akhirnya saya pilih Surya 12. Tadinya mau pilih GGF alias Inter alias FIM alias Garfit. Tapi rokok ini batangnya pendek. Nggak puas ah!! pikirku.

Lalu di Malang Anda akan kesulitan mencari Djarum Coklat. Yang ada Djarum 76. Bagi orang yang dari Bogor atau Bandung dan sekitarnya yang terbiasa menikmati Djarum Coklat akan kesulitan dan harus rela menggantinya dengan saudara kembarnya yaitu Djarum 76. Sama-sama kretek dari pabrik yang sama.

Begitu juga di Bandung, Bogor dsk. Mencari Djarum 76 dan Surya akan mengalami kesulitan. Karena yang ada Djarum Coklat dan Inter. Orang Bandung menyebut Inter yaitu Garfit. Orang Solo menyebutnya GP. Entah apa singkatannya...

Itu sedikit contoh beberapa pabrik cigaret yang memproduksi cigaret dengan segmen pasar sesuai kondisi cuacanya. Masih banyak contoh lain yang mungkin saya belum pahami. Dan ulasan tadi juga belum tentu benar karena secara ilmiah, statistik belum ada laporan semacam itu yang saya baca. Tapi setidaknya itulah yang dapat saya simpulkan...[tri]
_____________________________________________________________
[PERINGATAN PEMERINTAH MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI DAN GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN]
_____________________________________________________________

Adaptasi Kuliner di Malang

Berada di sebuah kota apalagi berada di provinsi yang berbeda dari sebelumnya tentu saja akn mengalami banyak sekali adaptasi. Mulai dari bahasa atau dialek, cuaca, budaya, dan tentu saja... makanan. Seperti pada 1999 sialm saat saya pertama kali menginjakkan kaki di Malang, saya mendapatkan kesulitan untuk beradaptasi dengan makanan yan tersedia di Malang. Maklum, saya orang Jawa Tengah asli yang terbiasa dengan makanan asli daerah saya. Jangankan beda provinsi, masakan Karanganyar (tempat asli saya) dengan Pati (tempat tinggal saya) saja sudah banyak perbedaan. Dan bahkan hingga sekarang meski saya tinggal di Pati sampai 6 tahun, masih saja enggan makan beberapa menu masakan asli Pati . Seperti Sayur Kunci (sayur bening tapi di beri bumbu semacam umbi sejenis kunyit,lengkuas, atau temu ireng dan namanya temu kunci.

Di Malang, saya juga mendapatkan kesulitan beradaptasi. Teh manis yang disajikan beberapa kedai makan menggunakan teh wuwur yang aroma melatinya bukan dari melati asli tapi essence. Sehingga aromanya tidak lagi wangi melati namun terasa langu atau wengur. Saos, di Malang saya jarang menemukan saos yang sering disajikan bersama mie ayam yang warnanya orange dengan pedas yang cukup. Saos yang beredar di Malang kebanyakan saos tomat yang warnanya merah semu jambon yang rasanya manis. Ekstrak cabenya kurang. Asinnya pun kurang. Didominasi ekstrak tomat dengan pewarna yang terlalu mencolok.


Berbicara mengenai Mie Ayam. Wah, jangan harap Anda mudah mendapatkan Mie Ayam seperti yang Anda temukan di Semarang, Jakarta atau kota lainnya. Mie Ayam yang ada di Malang adalah Mie Pangsit. Kuah, mie dan bumbunya beda dengan Mie Ayam kebanyakan. Mie Ayam yang mereka sebut Mie Jakarta itu sulit ditemui di Malang. Dulu saya pernah mendapatkannya waktu ke Wajak. Hingga setiap kali ke Wajak, saya sempatkan nyari si tukang Mie tersebut sampai dapat demi rasa kangen saya terhadap Mie Ayam.

Mungkin saja sekarang Mie Ayam sudah banyak yang ada di kota.
Begitu juga Bakso. Harapan saya menikmati Bakso asli Solo entah bisa terkabul atau tidak. Sebab, bakso yang ada di Malang adalah bakso pangsit. Modelnya beda dengan bakso Solo kebanyakan. Apalagi jika menggunakan saos merah juga. Wah, bakalan kangen nih sama Bakso Solo. Itu lidah saya yang memang agak rewel mengenai masakan. Tidak akan seperti itu jika Anda yang menikmatinya...Semoga saja.[tri]

Sekelumit Perhatian Saya di Malang


Berada di Kota Malang beberapa hari ini saya menemui beberapa hal yang berbeda dari kota-kota yang lainnya. Terutama dari daerah asal saya. Terutama yang saya perhatikan masalah lalu-lintas. Ada bebera hal yang di kota saya menjadi sebuah pelanggaran, namun di Malang masih leluasa saja "berlaku". Seperti program [LIGT ON/KLEK BYAR] yaitu program menyalakan lampu motor pada siang hari. Di kota saya, saat ini sudah dilakukan tindakan sanksi jika tidak menyalakan lampu motor di siang hari. Saya, yang sudah terbiasa Ligt On, selalu menyalakan lampu motor 24 jam (kecuali berhenti tentunya). Hingga suatu ketika saya di beri sebuah kode dari orang yang saya temui di jalan yang menunjukkan bahwa lampu motor saya nyala. Lho, emang tak uripke kok Pak. Kedua, masih banyak motor anak muda yang menggunakan ban ukuran tidak standar atau lebih kecil. Di beberapa kota, hal ini sudah menjadi sebuah pelanggaran karena sudah melewati masa sosialisasi dan teguran. Konon, di Sragen jika masih ada yang menggunakan ban tidak standar akan di sobek dengan pisau cutter oleh pak Polisi. Ketiga, ada jalan yang diberi jalur khusus untuk sepeda motor dan terdapat larangan untuk motor melewati jalur utama, tapi masih juga banyak yang melanggar. Seperti saya lihat di Jl. Jakgung Suprapto (semoga tidak salah). Satu lagi yang menurut saya sangat fatal, yaitu helm bathok. Di beberapa kota helm bathok atau yang tidak standar bahkan helm proyek sudah sama sekali tidak diperbolehkan melintas di jalan umum. Bahkan hal ini kini sudah bukan lagi merupakan peraturan tapi sudah menjadi budaya. Tidak ada lagi orang yang memakai helm bathok. Juga tidak ada lagi yang menjual helm jenis ini. Memakai helm standar lebih nyaman dan aman. Ada sebuah sosialisasi dari Polri yang berbunyi begini "Dengan Memakai Helm Standar Tidak Akan Mengurangi Penampilan Anda". Ini beberapa perhatian saya selama beberapa hari di Malang. Tapi mungkin ini merupakan sebuah indikasi bahwa di Malang kondisinya sangat kondusif dan aman sehingga hal-hal yang 'mungkin masih dianggap' sepele tersebut tidaklah terlalu membahayakan karena pola pikir dan budaya yang kondusif. Semoga saja demikian. I hope so.

Angkot Yang Ada di Malang

Berada di kota Malang tentu akan sangat sering menemui yang namanya angkot (angkutan kota). Seperti halnya angkot-angkot di beberapa kota lainnya, angkot di Kota Malang juga mempunyai ciri khas masing-masing untuk menengarai jurusannya.

Jika di Bandung di tengarai dengan warna dan strip serta nomor jalurnya, lain lagi dengan di Semarang. Kalau di Semarang semua angkot hampir sama warnanya yaitu orange. Di Semarang angkot sering di sebut Daihatsu. Itu mungkin karena pada jaman dahulu sebelum adanya regenerasi, angkot di Semarang didominasi oleh mobil buatan Daihatsu yaitu Hijet. Tak heran di Semarang orang umbal (pergi naik angkutan), dalam kota pasti mereka bilang naik Daihatsu. Padahal kini tak hanya Daihatsu yang di pakai Organda. Mitsubishi T120SS, Suzuki Carry Futura juga banyak dipakai.


Lain Semarang, lain Bandung, lain pula Malang. Di kota Malang angkot ini di tengarai jurusannya dari warna strip dan Kode singkatannya. Maksudnya?... Ada angkot dengan kode GA, berarti jurusan Gadang-Arjosari. Gadang adalah terminal ujung timur yang merupakan terminal untuk jurusan Lumajang, Blitar dan kota-kota lain yang berada di sebelah timur Kota Malang. Sementara Arjosari adalah terminal yang menghubungkan Malang dengan kota-kota yang berada di sebelah utara seperti Pasuruan, Pandaan, Mojokerto dan Surabaya. Ada lagi angkot dengan kode GL yaitu jurusan Gadang-Landungsari. Landungsari adalah terminal yang menghubungkan Kota Malang dengan Kediri, Jombang dan Batu. Berarti ada tiga titik terminal yang membuat semacam segitiga emas di Malang. Dengan begitu pasti ada angkot jurusan LA atau AL. Pasti ada lah!


Lalu di mana yang menarik?... Begini, jika Anda berada di Sukun (misalnya), Anda bisa naik angkot jurusan GA jika bepergian ke Arjosari. Ketika Anda berada di Arjosari dan ingin pulang ke Sukun, Anda harus naik angkot jurusan GA lagi. Jangan keliru dengan angkot bertuliskan AG. Nah, lho!! Bukankah AG singkatan dari Arjosari-Gadang? Yang artinya sama dengan GA...? Anda jenius...!! Tapi tidak untuk jawaban yang ini. Karena angkot jurusan GA dan AG meski bertemu di terminal yang sama tapi melalui jalur yang berbeda.

Jangan Anda tanyakan kepada sopir bahwa angkot tersebut jurusan Gadang. Tapi tanyakan apakah melalui tempat asal Anda naik sebelumnya atau waktu berangkat. Karena jika Anda menanyakan hal ini, Anda akan mendapatkan jawaban 'ya' dari tiga angkot yang berbeda yaitu GA, AG dan AMG. Apalagi AMG itu? Arjosari-Mergan-Gadang. Itu juga angkot jurusan Gadang. Tapi jalurnya jauh lebih beda dibanding GA dan AG. Jadi jika Anda bepergian naik angkot di Malang , pastikan bahwa Anda mengetahui jalurnya atau minimal melalui tempat asal Anda atau tidak. [tri]

Ikut Fear Factor di Osowilangun


Dalam perjalananku menuju Malang, aku mendapatkan pengalaman yang sangat berkesan. Bagi orang lain mungkin ini hal yang biasa, tapi bagiku ini adalah pengalaman yang unik. Ceritanya begini, ketika laju motorku sampai di Kota Surabaya, kesan Kota Metropolis langsung berasa. Termasuk salah satu ciri khas kota besar yakni macet. Ketika aku sampai di selatan terminal Osowilangun terjadi kemacetan yang cukup parah. Aku sebut parah karena yang macet disini tak hanya mocil kecil-kecil dan motor saja, namun juga beberapa truk kontainer dan trailer yang merupakan high vehicle dan long vehicle. Ini tentu saja tak mudah untuk mengaturnya. Maklum di lokasi tersebut bayak terdapat terminal peti kemas. Nah, ketika kemacetan mencapai titik puncaknya, semua kendaraan tak bisa bergerak. Dalam kondisi panas, berdebu dan lengket berkeringat, aku mencoba bersabar dan menunggu kemacetan cair. Dalam suasana kemacetan tersebut terdapat beberapa orang bersepeda motor yang tak sabar menunggu cairnya kemacetan dengan cara mencari jalan pintas yang cukup berresiko yakni menerobos melalui bawah truk kontainer. Karena bentuknya yang tingggi. Rongga bawah truk dengan aspal cukup tinggi hingga bisa dilewati oleh sepeda motor. Wow!! Cukup menegangkan melihatnya. Tapi boleh juga dicoba, kelihatannya beberapa dari mereka mendapatkan jalan leluasa disamping truk tersebut. Lalu, bissmillah... Akupun mengantri untuk ikut fear factor tersebut. Setelah turun dari motorku, akupun menuntun motorku menuju dekat truk tersebut dan akupun melintasi bawah truk tersebut dengan deg-degan. Akhirnya... alhamdulillah. Aku dapat melintasi tantangan tersebut dengan lega. Jika ini ada di program Fear Factor beneran mungkin aku akan mendapatkan USD 2000 jika dapat melintasi tantangan berikutnya.

Sunday, January 13, 2008

I'm Back, Malang


Aku kembali ke Malang. Kota dingin yang kini telah memplokamirkan diri menjadi Truly East Java ini dengan wellcome-nya menyambutku kembali datang untuknya. Ya, ini setelah aku meninggalkan kota ini 2001 akhir lalu. Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan dari kotaku di Jawa Tengah dengan menempuh waktu yang lama yakni 10 jam, dengan empat kali berhenti istirahat, termasuk ikut fear faktor di Osowilangun dan menjadi korban lumpur Lapindo, akhirnya aku sampai juga di Malang. Ketika aku sampai di perbatasan dengan Pasuruan tibalah aku di Kota Lawang, kota kecamatan ini terlihat seperti banner Selamat Datang di Kota Malang. Beberapa tempat yang dulu sering aku singgahi, menjadi biji-biji puzzel dalam memoriku yang sebentar lagi akan tersusun menjadi sebuah kenangan manis selama aku di Malang 1999-2001 lalu.
Setelah meninggalkan Lawang, tibalah aku di Singosari, kulihat ada Markas Divisi I Kostrad. Lalu Pasar Singosari, selanjutnya melintasi perlintasan kereta api. Dan beberapa saat kemudian aku tiba di pertigaan dekat Pabrik Rokok Bentoel. Rokok ini yang menjadi kebanggan warga Malang. Seterusnya tempat kerajinan Ken Dedes, kemudian si Cantik Patung Ken Dedes yang menyambutku dalam keremangan cahaya taman.
Setelah itu aku dikejutkan dengan pemandangan yang dulu belum pernah aku lihat, yakni jembatan layang yang ada di depan Terminal Arjosari. Wah, jembatan ini menunjukkan bahwa Malang kini telah berkembang pesat sehingga harus di buatkan jembatan layang. Belum juga aku selesai terkagum-kagum dengan jembatan itu, lampu menyala hijau. Aku harus meninggalkan jembatan itu. Entah apa lagi yang nanti akan aku temui sebagai kejutan.
Setelah meninggalkan Ahmad Yani kini laju motorku memasuki S Parman, hingga Alun-alun kota. Dalam perjalanan aku banyak menemukan hal yang kembali mengingatkanku pada 2001 silam. Rumah Sakit Syaiful Anwar, dulu aku pernah terduduk di ruang tunggu sana untuk memeriksakan sampel darah anakku yang terkena dehidrasi dan dirawat di RSI. Hotel Kartika Graha yang mengingatkanku pada pemandangan unik, yaitu pernah suatu ketika aku melihat sebuah pernikahan yang diadakan di Hotel tersebut. Uniknya, beberapa rombongan tamu di Hotel tersebut datang dengan menumpang dua buah truk. Mungkin salah satu mempelainya berasal dari kampung sehingga tetangganya yang akan datang ke resepsi tersebut terpaksa datang dengan truk karena rombongan cukup banyak dan tidak memungkinkan untuk membawa mobil pribadi.
Selanjutnya aku sampai juga di Alun-Alun Kota Malang. Sejenak aku memarkirkan motorku di tempat parkir Alun-Alun. Wah, Alun-Alun Kota kini telah berubah. Lebih bersih dan tertata rapi. PKL yang dulu banyak terdapat di pinggiran Alun-Alun pun kini telah bersih. Kemana mereka? Entahlah.
Setelah berjalan-jalan sebentar, aku sejenak istirahat di sudut Alun-Alun. Tidak seperti Alun-Alun di kota-kota lainnya, Alun-Alun Kota Malang terlihat sangat gelap. Terutama di sisi timur atau depan Kantor Pos. Tapi mungkin ini memang sengaja di atur demikian oleh Dinas terkait. Terlihat dari lampu-lampu yang digunakan. Hanya menggunakan lampu-lampu yang bercahaya sedang. Mungkin memang ini untuk menghindari kesan hingar-bingar di Kota ini. Meski sebelah barat dan utara terdapat Mall yang besar, yakni Sarinah Plaza Malang dan Mal Alun-Alun, namun tak terkesan kota yang penuh dengan histeria.
Setelah menghabiskan sebatang Djarum Super, akupun bergegas menuju temoat tujuanku yakni rumah Bu Kos yang dulu pernah aku tempati. Semoga saja beliau masih sehat dan masih mengingatku... Lalu, motor aku starter dan.....
image

Brand Development

Saya adalah blogger, penulis, citizen journalist sekaligus praktisi marketing. Konsultan pengembangan merek, penyusunan sistem franchise. Trainer marketing, sales dan online advertising

image

Web Development

Anda butuh website atau blog pribadi? Untuk pengembangan usaha, LSM, organisasi, sekolah, toko online atau perusahaan Anda? Silahkan hubungi saya 0812-2222-0750 atau kirim email ke mr.antowiyono@gmail.com