Monday, January 14, 2008

Adaptasi Kuliner di Malang

Berada di sebuah kota apalagi berada di provinsi yang berbeda dari sebelumnya tentu saja akn mengalami banyak sekali adaptasi. Mulai dari bahasa atau dialek, cuaca, budaya, dan tentu saja... makanan. Seperti pada 1999 sialm saat saya pertama kali menginjakkan kaki di Malang, saya mendapatkan kesulitan untuk beradaptasi dengan makanan yan tersedia di Malang. Maklum, saya orang Jawa Tengah asli yang terbiasa dengan makanan asli daerah saya. Jangankan beda provinsi, masakan Karanganyar (tempat asli saya) dengan Pati (tempat tinggal saya) saja sudah banyak perbedaan. Dan bahkan hingga sekarang meski saya tinggal di Pati sampai 6 tahun, masih saja enggan makan beberapa menu masakan asli Pati . Seperti Sayur Kunci (sayur bening tapi di beri bumbu semacam umbi sejenis kunyit,lengkuas, atau temu ireng dan namanya temu kunci.

Di Malang, saya juga mendapatkan kesulitan beradaptasi. Teh manis yang disajikan beberapa kedai makan menggunakan teh wuwur yang aroma melatinya bukan dari melati asli tapi essence. Sehingga aromanya tidak lagi wangi melati namun terasa langu atau wengur. Saos, di Malang saya jarang menemukan saos yang sering disajikan bersama mie ayam yang warnanya orange dengan pedas yang cukup. Saos yang beredar di Malang kebanyakan saos tomat yang warnanya merah semu jambon yang rasanya manis. Ekstrak cabenya kurang. Asinnya pun kurang. Didominasi ekstrak tomat dengan pewarna yang terlalu mencolok.


Berbicara mengenai Mie Ayam. Wah, jangan harap Anda mudah mendapatkan Mie Ayam seperti yang Anda temukan di Semarang, Jakarta atau kota lainnya. Mie Ayam yang ada di Malang adalah Mie Pangsit. Kuah, mie dan bumbunya beda dengan Mie Ayam kebanyakan. Mie Ayam yang mereka sebut Mie Jakarta itu sulit ditemui di Malang. Dulu saya pernah mendapatkannya waktu ke Wajak. Hingga setiap kali ke Wajak, saya sempatkan nyari si tukang Mie tersebut sampai dapat demi rasa kangen saya terhadap Mie Ayam.

Mungkin saja sekarang Mie Ayam sudah banyak yang ada di kota.
Begitu juga Bakso. Harapan saya menikmati Bakso asli Solo entah bisa terkabul atau tidak. Sebab, bakso yang ada di Malang adalah bakso pangsit. Modelnya beda dengan bakso Solo kebanyakan. Apalagi jika menggunakan saos merah juga. Wah, bakalan kangen nih sama Bakso Solo. Itu lidah saya yang memang agak rewel mengenai masakan. Tidak akan seperti itu jika Anda yang menikmatinya...Semoga saja.[tri]

2 comments:

Anonymous said...

Waah saya bisa 'stress' kalo lama-lama gak ketemu bakso dan mie ayam ala Jakarta. Saos palsunya juga seru, biarpun kita musti ati-ati karena mengandung formalin katanya..

Omtri said...

iya nih Diah. Tadi siang aja aku terpaksa makan mie ayam pangsit di sebelah utara lap. rampal sama Bapak2 tentara yang lagi pada lari2. nggak seru meski saosnya udah yang warna orange tapi masih nggak seru kalo nggak yang ala jakarta.

image

Brand Development

Saya adalah blogger, penulis, citizen journalist sekaligus praktisi marketing. Konsultan pengembangan merek, penyusunan sistem franchise. Trainer marketing, sales dan online advertising

image

Web Development

Anda butuh website atau blog pribadi? Untuk pengembangan usaha, LSM, organisasi, sekolah, toko online atau perusahaan Anda? Silahkan hubungi saya 0812-2222-0750 atau kirim email ke mr.antowiyono@gmail.com