Sharing pengalaman.
Sewaktu masih tinggal di Pati, saya menjabat sebagai seorang Sekretaris PAC sebuah partai politik (sekarang sudah almarhum partainya). Selain itu, saya juga anggota tim suskes caleg partai lain, kebetulan calegnya bulik saya sendiri, meski kemudian kalah.
Pada saat Pemilu Legislatif 2009, saya ditunjuk sebagai anggota KPPS, karena kebetulan saya juga sekretaris RT tempat saya tinggal.
Tapi uniknya, karena tidak ada satupun calon anggota dewan baik untuk daerah maupun pusat yang menurut saya "sreg", sampai selesai waktu pemungutan suara, saya tetap golput alias tidak mencoblos satupun calon legislatif. Saya hanya masuk ke bilik suara untuk melipat ulang surat suara tanpa memilih satupun diantaranya.
Lalu apa motivasi saya atas semua itu?
Menjadi pengurus partai politik atas ajakan seorang saudara, dan saya juga ingin belajar berorganisasi. Saya kecewa dengan pengurus partai tersebut di daerah karena sejak saya dilantik hingga partai tersebut bubar, saya tidak pernah diajak komunikasi oleh pimpinan daerah level apapun, apalagi kampanye atau membahas saksi dsb.
Menjadi tim sukses caleg, selain karena saudara sendiri calegnya, saya juga lagi-lagi ingin belajar berpolitik praktis, Meski hasilnya kemudian tidak terpilih, tapi saya jadi tahu tentang serangan fajar,a money politic, amplop berduit dll.
Menjadi anggota KPPS juga karena saya adalah pengurus RT, jadi mau tidak mau harus dilibatkan. Meski motivasi utamanya adalah honor Rp. 100.000 yang kemudian saya terima. Selain itu, saya juga belajar jadi Event Organizer. Untunglah, jabatan rangkap saya tersebut tidak diketahui Panwaslu :)
Menjadi Golput adalah pilihan saya waktu itu. Dari mengurus partai dan menjadi tim sukses caleg memberi saya banyak pelajaran bahwa politik itu menurut saya "abu-abu". Antara hitam dan putih.
Demikian sharing dari saya. Alhamdulillah, saya banyak belajar.
0 comments:
Post a Comment