Suhu
menjelang Pilpres 2014 semakin memanas. Meski sudah memmasuki hari tenang dan
akan dilakukan pencoblosan besok, tetapi temperatur politik di akar rumput
justru semakin meningkat. Meskipun KPU menetapkan hari tenang namun ini tidak
berlaku di dunia maya. Justru “pertarungan” sengit para pendukung dan relawan
kedua capres-cawapres semakin menjadi. Sejauh ini tidak ada larangan dari pemerintah
mengenai kampanye dan aktifitas sosialisasi capres-cawapres di dunia maya. Tak
pelak, jejaring sosial dipenuhi aktifitas kampanye, mulai yang #kampanyeadem
hingga saling serang dan saling bully. Bukan hanya itu, masing-masing kubu
memberikan data serta informasi yang saling menyesatkan serta mempropaganda.
Bagi Indonesia, ini adalah pembelajaran politik tingkat lanjut jika dibanding
Pemilu sebelumnya.
Mengenai
tingkat elektabilitas kedua pasangan, terjadi fluktuasi yang sangat signifikan.
Lalu, bagaimana mengukur elektabilitas di hari terakhir masa tenang? Inilah
temuan-temuan kecil saya pagi ini.
1.
Survey
·
Institut
Survey Indonesia (ISI) mencatat hingga tanggal 1 Juli, Prabowo-Hatta unggul dari Jokowi-JK. Persentase pasangan
yang diusung partai Koalisi Merah Putih itu mencapai 40,15%. Sementara
Jokowi-JK sebesar 35,05%. Sedangkan warga Indonesia yang belum menentukan
pilihan, sebesar 24,80%. Demikian menurut ISI.
·
Pengamat
politik dari LIPI punya catatan lain. "Bahwa Pak Jokowi ini melangkah
kakinya itu dengan luar biasa, bawa point besar, ibarat orang mau main, apa
modalnya sudah besar? Karena selalu on the top," ujar pengamat politik LIPI
Siti Zuhro saat menghadiri diskusi di Posko Pemenangan JKW4P, Jalan Cemara,
Menteng, Jakarta Pusat, rabu, (2/7/2014).
·
Sementara
itu, survei yang dilakukan perusahaan riset pasar Australia, Roy Morgan,
menunjukkan Jokowi-JK unggul 4% di atas Prabowo-Hatta. Survei yang menggunakan
3.117 sampel itu menyimpulkan elektabilitas Jokowi 52% sedang Prabowo 48%.
Selain itu, survei tersebut juga memetakan kelompok-kelompok pemilih 2 pasangan
capres dan cawapres tersebut. Dari segi geografis, Jokowi unggul di Jawa (52,5
-47,5%), Bali (93% - 7%), Sulawesi (60.5% - 39.5%), Kalimantan (53% - 45%),
Maluku (65.5% - 34.5%), dan Nusa Tenggara (68% -32%). Sementara, Prabowo
di Sumatera (60% - 40%) dan unggul tipis
di Papua (51,5% - 48.5%). Dari survei tersebut nampak pertarungan sengit
terjadi di Jawa, pulau yang paling banyak pemilihnya (40%).
·
Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) juga telah melakukan survey sendiri. "Tim
kami secara internal melakukan survei, menelaah terus tiap pergerakan Pak
Jokowi dan Pak Jusuf Kalla. Kami juga mencermati 19 hasil survei lembaga yang
kami anggap independen. Mayoritas masih mengunggulkan Jokowi-JK. Ada yang 4%
sampai 5%, ada yang 7% sampai 14% persen," ujar Tjahjo Kumolo di Kantor KPU,
Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat, selasa, (1/7/2014). Terkait survei Lembaga Survei Nasional (LSN)
yang menyatakan elektabilitas pasangan Prabowo-Hatta unggul 46,6% dibanding
Jokowi-JK dengan elektabilitas 39,9%, Tjahjo menilai survei tersebut dilakukan
saat kampanye hitam terhadap Jokowi begitu marak.
Begitulah
beberapa sampel hasil survey. Masih banyak hasil survey lain yang bisa
ditelaah. Tetapi pada dasarnya angka-angka hasil survey tersebut menunjukkan
persaingan yang sangat ketat. Angka selisih ada di kisaran 5%, baik itu unggul
atas Jokowi atau sebaliknya.
2.
Online
Sentimeter (Alat Pengukur Sentimen di Dunia Maya)
Beberapa waktu
lalu kita disuguhi berita mengenai perbedaan sentimen di Google Fight yang
dirilis sebuah stasiun televisi swasta. Google Fight adalah sebuah sentimeter
berbasis Search Engine Google yang mengukur jumlah
sentimen/mention/bahasan/sebutan/tautan atau apa saja yang bisa direkam oleh
mesin pencari lalu disuguhkan dalam bentuk angka.
Anda bisa melakukannya sendiri dengan
cara mengklik www.googlefight.com dan
hasil pagi ini adalah seperti berikut ini. Jokowi dengan 9.970.000 dan Prabowo
9.360.000. Angka ini sangat jauh jika dibandingkan result di situs yang sama
sebulan lalu. Saat itu, Prabowo jauh tertinggal oleh Jokowi. Sementara angka
untuk cawapres, Jusuf Kalla 1.320.000, jauh meninggalkan Hatta Rajasa yang
hanya 435.000.
Sentimeter ini tidak bisa dianggap
sepele. Jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 82 juta orang dari 253.609.643
total jumlah penduduk. 80 persen dari pengguna internet di Indonesia dalam
rentang usia pemilih, sehingga angka statistik di sentimeter ini cukup perlu
diperhitungkan.
Sentimeter lain yang saya pakai pagi
ini adalah aplikasi dari MindTalk. MindTalk adalah jejaring sosial asli
Indonesia. Jejaring sosial berbasis interest ini besutan Danny Oey dan Obin
Marufi, founder antivirus Ansav. Obin membuat aplikasi bernama Sentigram. Anda
bisa membukanya di http://sentigram.mindtalk.com.
Data yang diproses di sentigram ini berasal dari Facebook, Twitter, Mindtalk,
Kaskus, Detik dan Kompasiana. Di Sentigram kita bisa melihat sentimen baik
positif maupun negatif atas calon presiden Indonesia.
3.
Quick
Count
Quick Count
atau hitung cepat ini baru bisa diketahui besok. Biasanya tingkat akurasinya
adalah tiga jam setelah penghitungan suara.
4.
Rekapitulasi
KPU.
Rekapitulasi
KPU atas hasil Pilpres adalah hasil final dan resmi yang digunakan oleh negara
dalam menetapkan siapa presiden RI periode selanjutnya. Namun karena masyarakat
sudah menerima “hasil” dari Quick Count, maka selebrasi kemenangan di pihak
pemenang Pilpres tidaklah seberapa.
Demikian
ulasan saya,
@AntoOkesip
@MyOkesip
0 comments:
Post a Comment