Hingar-bingar politik khususnya Pilpres 2014 sangat terasa.
Pengumuman hasil rekapitulasi Pilpres sudah diumumkan. Pasangan Jokowi – JK unggul
dengan 53.15% suara sementara Prabowo – Hatta dengan 46,85% suara. Angka ini
tentu sangat frontal untuk masing-masing kubu terutama kubu Prabowo – Hatta.
Komposisi kedua kubu hampir imbang. Pihak Prabowo – Hatta mengumumkan, menarik
diri dari Pilpres. Entah apa yang dimaksud dengan menarik diri.
Jika ditafsirkan
menarik diri secara keseluruhan proses Pilpres, otomatis semua suara dan
dukungan kepada pasangan Prabowo – Hatta gugur. Namun tentu saja ini tidak bisa
karena ini inkonstitusional. Pihak Prabowo – Hatta telah memenuhi unsur
pencalonan serta melewati proses pemungutan suara, hanya tinggal menunggu
pengumuman hasil penghitungan suara. Hal ini kemudian menimbulkan pergerekan di
arus bawah.
Para pendukung Prabowo – Hatta juga akhirnya ikut-ikutan
gusar dan terus mencari hal serta celah untuk dijadikan alasan kekalahan dan
mencari kesalahan atau dugaan kesalahan yang dilakukan oleh penyelenggara
maupun lawannya.
Para pendukung di lapis bawah juga tak kalah serunya saling
klaim dan saling unjuk data. Semisal: data yang konon dimiliki oleh TNI
mengenai hasil rekap real count sebesar 54% untuk Prabowo – Hatta, dugaan
adanya hubungan saudara antara istri Husni Kamil Malik (Ketua KPU) dengan istri
Jusuf Kalla. Namun semua itu masih semu dan kabur, tidak ada bukti real atas
beberapa hal yang diduga menjadi penyebab terjadinya kecurangan yang kemudian
memenangkan pasangan Jokowi – JK.
Sementara itu kubu pendukung Jokowi – JK juga sibuk “menagih”
janji kepada beberapa orang yang bernazar aneh sebelum hasil pemilu diumumkan.
Salah satunya adalah nazar yang diyakini banyak orang merupakan tulisan Ahmad
Dhani di Twitter yang menyebutkan akan memotong kemaluannya jika bukan Prabowo
Subianto yang jadi presiden. Meski kemudian suami Mulan Jameela ini membantah,
namun publik sudah menjadikan hal ini sebagai bahan bullying. Dan masih banyak
lagi pergesekan lapis bawah akibat hal-hal seperti ini.
Tragisnya, banyak kalangan lapis bawah yang begitu mudahnya
dihasut oleh berita-berita hoax, opini, penggiringan opini serta blog yang
menggunakan tampilan serta gaya sebuah berita. Sebut saja SuaraNews.com. Situs
ini merupakan sebuah situs berita copy paste, mengambil sumber di tempat lain,
dimodifikasi lalu disebarluaskan. Kegigihan pengelola situs ini cukup perlu
untuk diacungi jempol, sangat up date. Hanya saja beritanya tidak berimbang.
Satu hal yang mengusik rasa penasaran saya adalah, situs ini
didevelope hanya dengan sebuah blog gratisan dari Blogspot/Blogger/Google.
SuaraNews.com hanya bermodalkan sebuah domain saja dengan menggunakan hosting
gratis seperti halnya dipakai oleh banyak blogger seperti saya. Template yang
dipakai oleh SuaraNews.com juga gratisan. Artinya, untuk membuat sebuah
SuaraNews.com hanya dibutuhkan sekitar Rp. 87.000 – Rp. 120.000 pertahun guna
menyewa domain. Template dan hostingnya mengikut ke Blogger. Menurut saya
sangat naif jika sebuah situs dapat dipercaya hanya dengan modal segitu.
Hal lain yang membuat saya tertarik menguliti SuaraNews.com
adalah tata bahasa serta redaksionalnya. Standar penulisan yang dipakai oleh
SuaraNews.com jauh dari kaidah sebuah berita. Sebuah berita wajib memiliki
konten 5W + 1H. What, When, Where, Why, Who dan How.
Situs lain yang juga menurut saya tidak fair adalah
Voa-Islam.com. Situs ini lebih banyak membuat artikel yang muatannya cenderung
menggiring opini. Saya lebih mantap mengatakan bahwa Voa-Islam.com adalah
sebuah blog, bukan situs berita.
Masih banyak lagi situs-situs di internet yang memiliki
kesamaan absurd-nya dengan beberapa situs tadi. Belum lagi situs blogging
Kompasiana. Banyak orang menyematkan tulisan yang berasal dari Kompasiana ke
akun sosial media mereka. Kompasiana adalah sebuah situs group blogging.
Penulisnya adalah kita-kita, bukan sebuah lembaga pemberitaan. Saya juga punya
akun di Kompasiana dengan beberapa tulisan. Semua tulisan adalah tanggung jawab
si penulis. Jadi si penulis bisa mengirimkan tulisan apa saja, termasuk
penggiringan opini atau data yang menyesatkan. Memang, jika dirasa sangat
menggganggu, admin Kompasiana akan menghapus tulisan tersebut.